SERPIHAN CATATAN KUNO TENTANG PULAU SUMBAWA


Oleh: Poetra Adi Soerjo

Catatan paling tua yang menuliskan tentang daerah di Pulau Sumbawa ditemukan dalam catatan terkenal dari orang yang sangat terkenal bernama Claudius Ptolomeus. Claudius Ptolomeus adalah seorang ahli ilmu bumi dan astronomi Yunani di Alexandria. Ia menulis kitab tata cara manual pembuatan peta pada tahun 165 Masehi berjudul Geographike Hypegesis. Di dalam buku tersebut Ptolomius menuliskan detail letak dan kordinat sebuah daerah bernama Maniolai yang berada di atas Pulau Emas. Sejarawan umumnya bersepakat bahwa kata Maniolai tersebut merujuk ke nama Gunung Tambora. Meski sebagian menyebutkan di Barus Sumatera, namun pendapat tersebut mendapat banyak bantahan dari para ahli lain dalam menerjemahkan kitab Ptolomi. Catatan Plotomi mensiratkan bahwa pulau Sumbawa telah berkomunikasi dengan dunia luar sejak abad ke -2 Masehi, atau setidak-tidaknya sudah dikenal di era itu. Adalah suatu kenyataan bahwa pulau Sumbawa merupakan salah satu mata rantai atau tumpuan berpijak bagi mereka yang bepergian dari barat ke timur atau sebaliknya dalam gugusan kepulauan Nusa Tenggara.

Catatan tertulis ke dua termaktub dalam Carita Parahyangan. Dalam Carita Parahyangan disebutkan tentang Sanjaya putera Sena (atau Sanna dalam prasasti Canggal tahun 732 M) sebagai penakluk Bali, Bima, Malaya dan Kemir (Khmer). lni berarti nama Bima sudah ada pada abad ke-8. Tetapi apakah benar sudah setua itu? Apakah epos Bharathayudha yang menyebut nama tokoh terkemuka dalam Pandawa Lima ini sudah tersebar sampai ke Indonesia bagian timur. Meski memang di Bima dan Dompu dikenal Hikayat Sang Bima yang menyebut tokoh utama Bima dan adik-adiknya Sang ArJuna, Sang NaKula dan Sang (Saha) Dewa. Nama-nama ini terdapat juga dalam deretan silsilah raja-raja Bima sejak masa-masa awal.

Catatan tertulis ke tiga ditemukan dalam berita Cina tahun 1225 M dari Chau-Ju-Kua yang menulis Chu-fan-chi. Disebutkan bahwa dalam daerah jajahan Cho-P’o atau Jawa (Kediri) antara lain terdapat nama Takang. Rouffaer dalam buku F.H. van Naerssen berjudul Hindoejavaansche Overblijfselen op Soembawa tahun 1938 halaman 90 menyebut Takang ini sebagai Sumbawa.

Catatan ke empat ditemukan dalam pupuhanm Desawardanan atau yang disebut kitab Negarakertagama tahun 1365 M. Kitab tersebutr menyebutkan nama-nama penting di pulau Sumbawa yang telah menjadi bagian dari wilayah Majapahit seperti ” ….. Taliwang, Dompo (Dompu), Sapi (Sape) Sanghyang Api (Sangiang, Gunung Api), Bhima (Bima), Cerao (Seran, Setelok), Hutan (Utan).

Catatan ntertulis ke empat, memperkuat isi kitab Negara Kertagama, kisah penaklukan Majapahit juga tertulis dalam Kitab “Hikayat Raja-Raja Pasai”. Kitab ini merupakan karya sastra bersifat sejarah tertua dari zaman Islam nusantara. Dalam naskah diceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi antara tahun 1250 – 1350 M, mulai dari berdirinya kerajaan Samudera Pasai hingga ditaklukan oleh Majapahit. berdasarkan penelitian Dr. Russel Jones, Hikayat Raja Raja Pasai di tulis di abad ke 14 tak jauh dari penulisan Negara Kertagama. Di dalam Hikayat Raja Raja Pasai tersebut tertulis sebagai berikut: “Maka sekalian tanah timur itu pun takluklah ia kepada Ratu Majapahit kepada zaman dahulu kala. Diceritakan oleh orang yang empunya cerita sekaliannya itu memberi upeti kepada Ratu Majapahit. Setelah itu. maka kembalilah segala kelengkapan itu berlayar menyusur tanah Bima, Sumbawa dan Sileparang dan Bali. Blambangan sekaliannya itu pun habislah ta’lluq”

Hal yang menarik adalah membandingkan isi Kitab Negara Kertagama dengan Kitab Hikayat Raja Raja Pasai. Negara Kertagama tidak menyebut nama Sumbawa akan tetapi langsung merujuk ke nama wilayah seperti Taliwang, Dompo, Sapi, Sanghyang Api, Bhima, Cerau atau Seran dan Hutan. Sementara dalam Kitab Hikayat Raja Raja Banjar tidak menyebut nama daerah daerah tersebut tapi hanya Bima dan Sumbawa. Diketahui berdasar penelitian bahwa waktu penulisan dua kitab ini tidak terlalu jauh berbeda, atau setidaknya sama sama di abad ke -14. Yang artinyta nama Sumbawa di tahun 1300an pada dasarnya sudah ada, meski Negara Kertagama lebih spesifik menyebut wilayah kesatuan administrasi yang ditaklukan sementara Hikayat Pasai langsung memention nama Sumbawa untuk merangkum wilayah wilayah tadi.

Catatan tertulis ke lima yang cukup menarik ditemukan dalam Kidung Ranggalawe dan Kidung Pamancangah. Dalam Kidung Ranggalawe disebut tentang kuda-kuda yang bagus dari Kore di Bima. Pulau Sumbawa memang telah terkenal dengan kuda-kudanya dan Kore adalah nama sebuah tempat di teluk Sanggar. Suatu persamaan yang menarik ialah bahwa Antenio Pigafctta pun ada menyebut nama “Bima-core” untuk menyebut dua nama tempat yaitu Bima dan Kore.

Dalam Kidung Pamancangah disebut tentang scorang penguasa Bedahulu di Bali yang bernama Pasung Rigih atas perintah Jawa mengadakan expedisi ke Cambhawa (Sumbawa). Dalam pertempuran melawan raja Sumbawa yang bernama Dedela Natha, maka baik Pasung Rigih maupun Dedela Natha keduanya sama-sama tewas. Kemudian pada bagian lain dari Kidung Pamancangah itu diceritakan tentang seorang Brahmana yang bernama Mpu Kapakisan dari Kediri (Jawa) mempunyai cucu bernama Sukanya yang kawin dengan scorang dari Cambhawa. Namun baik peristiwa pertama maupun kedua tidak menyebut angka tahun sehingga kita tidak dapat mengetahui kapan terjadinya.

Bersambung,,,,,,